Sabtu, 19 November 2016

Pesan untuk : Koh Ahok.



Koh Ahok

Lo tahu engga. Ini negeri udah dari sononya hidup dalam dunia kata kata. Lo kan tahu  orang jawa, walau kakinya lo injek, dia engga akan bentak lo, apalagi mencerca lo. Dia akan tersenyum sambil bilang” Maaf, Mas. Kakinya di geser sedikit.” Lo lihat tuh engkong Harto, dia gusur kampung untuk bangun waduk. Yang bangkang di penjarai. Tapi engga ada orang hujat engkong Harto. Lo tahu apa sebab ? , engkong bisa senyum sambil omong “ Mana ada pemerintah mau menyengsarakan rakyat.” Ada ustad ketangkap KPK tetap di hormati karena dia selalu senyum dengan bahasa santun. Ada lagi cerita Koh, itu SBY engga pernah bentak anak buahnya di Partai Demokrat. Bahasanya santun, tapi beberapa petinggi Demokrat dia masukin bui karena korup. SBY tetap di hormati. Engga sedikit pengusaha hitam yang tumbang dan terusir dari bisnis rente, tapi engga ada yang sakit hati sama Jokowi. Karena jokowi jaga mulutnya. Dia jaga perasaan dengan menjaga mulutnya. 

Mau di apain lagi udah dari sononya bangsa kita ini memang mudah kebawa perasaan. Walau itu lo ngomong dengan niat baik , apa adanya tapi lo sampaikan dengan bahasa engga pantas, lo akan bikin orang sakit hati. Coba dech pas lo dengar kabar orang tua teman lo meninggal lo ucapkan belasungkawa seperti ini “ Bapak lo mati ya.” Dia pasti marah koh. Lo di anggapnya menghina orang tuanya. Padahal faktanya memang orang tuanya mati. Pemilihan kata-kata yang sesuai untuk kepentingan interaksi sosial sangat penting untuk menentukan kelas lo sebagai orang beradab. Bagi orang melayu termasuk betawi di mana agamanya sangat ketat, sangat menghormati ibu, apalagi nenek. Walaupun lo benar dengan sikap lo menegur orang lain tapi lo singgung “ nenek “ nya, dia pasti marah. Siap tarung bahkan berjihad demi neneknya. Jadi dengar ya Koh, Lo engga bisa seenaknya ngomong “ Emang nenek Lo”.  Apalagi koh, lo itu pejabat publik. Semua orang anggap lo orang perpect. Lo engga boleh salah. Apapun lo ngomong, orang akan perhatiin. Jaga dech mulut loh. 

Dalam interaksi sosial, Lo kan sering capek ngomong tapi tetap aja orang engga paham. Bahkan bilang lo Gubernur tukang gusur. Padahal lo hanya menjalankan Perda Tata Ruang. Kegagalan memahami pesan ini di sebabkan beberapa faktor, antara lain: beda usia, beda pendidikan, beda pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu, faktor budaya juga berhubungan dengan bahasa. Lo harus belajar bahasa santun agar lo paham budaya untuk lo tahu gimana jadi orang beradab. Berkali kali lo bilang bahwa lo setia sama Pancasila. Lo tahu sila kedua pancasila? Itu kemanusiaan yang adil dan beradab. Adil lo tahu kan. Nah Adab itu lo mungkin kurang paham. Adab itu melunakan hati yang di manifestasikan dalam tutur kata yang santun, menjaga perasaan orang , memahami karakter dan budaya orang lain. Sehebat apapun lo bicara tentang keadilan sosial tapi lo engga bisa beradab lo tetap engga ada nilai dalam sosial budaya masyarakat. Sekali lagi jaga mulut ya kokoh sayang

Koh Ahok 
Karena satu satunya kelemahan lo adalah bacot lo maka itulah yang di pakai orang untuk jatuhin lo. Walau begitu banyak demo umat islam minta lo di penjara karena mulut lo, gua yakin lo tetap percaya Islam tidak mengajarkan dendam. Gua yakin lo tahu bahwa lo engga salah. Karena lo engga bego bego amat soal ajaran islam yang berkaitan dengan politik khususnya soal kepemimpinan. Lo harus bersyukur waktu gelar perkara, wakil dari MUI bersaksi bahwa engga ada penistaan agama berkaitan dengan fatwa MUI. Karena memang tidak ada fatwa MUI soal keharusan memilih pemimpin muslim dalam Pilkada. Dan Polisi hanya menjadikan Fatwa MUI sebagai landasan hukum untuk menilai orang menistakan Agama Islam. Tapi lo tetap jadi tersangka karena dalam tingkat penyidikan pelapor kemungkinan bisa yakinkan MUI untuk keluarkan fatwa soal larangan memilih pemimpin non muslim. 

Nah kalau MUI bisa keluarkan fatwa soal itu, maka engga ada siapapun yang bisa bela lo. Lo pasti masuk bui. Engga usah sedih kalau sampai di penjara. Karena lo engga maling uang negara atau korup. Lo hanya engga bisa jaga bacot lo. Sabar aja dan jadikan itu hikmah. Kita akan lihat hari hari mendatang apakah ada fatwa MUI soal surat Almaidah itu. Kalau engga ya lo bebas. Engga ada satupun orang bisa paksa lo masuk bui kalau lo memang engga melanggar hukum. 

Koh Ahok
Andaikan lo bisa bebas karena adanya SP3 atau bebas di pengadilan, dan akhirnya menang dalam Pilgub, maka saran gua sebaiknya lo jangan lagi banyak ngomong. Lo kerja aja mengkesekusi program unggulan lo. Soal ngomong , biarin itu urusan Mas Jarot. Soal gimana ngadepin DPRD, serahkan aja ke Mas Jarot. Karena apapun lo ngomong pasti salah. Walau lo udah berubah jadi lembut bicara kayak bencong, tetap aja lo salah. Karena lo liat aja gimana santunya Jokowi bicara, tapi tetap aja salah di anggap sebagian orang. Padahal Jokowi muslim, apalagi lo yang di cap kafir sama orang. Jadi kurangi resiko yang pasti. Engga usah terlalu akrab dengan anggota DPRD, dan Wartawan. Lo bukan kader partai. Sedangkan Jarot itu kader partai tentu dia punya pengalaman ngayun DPRD dan bicara depan wartawan. Paham ya koh…

2 komentar:

  1. Biarkan koh ahok jdi dirinya sendiri. Kesulitan nya. Susahnya. Dan manisnya dia yg tanggung. Jangan kuatir. Tuhan pilih dia utk pimpin dki bukan krn apa.tp krn emang begitulah koh ahok. Manusia tak ada yg sempurna. Tp koh ahok jauh lebih sempurna dari kita. Satu aja kekurangan dia..soal bacot. . Kalo dia bsa baik soal bacot mungkin dia sdh bisa jadi malaikat

    BalasHapus
  2. menasihati ahok agar jaga ucapan, tapi kata" nya sama yg koh ahok gunakan. ini seperti orang melarang corat coret di tembok, tapi larangannya itu di tulis di tembok. kesimpulannya yg menasihati dan yg dinasihati hrs. sma" jaga ucapannya. kata "bacot" itu kasar banget.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...