Rabu, 16 November 2016

Agama Cinta..



Kemarin saya menemani tamu saya dari luar negeri makan malam dia sebuah restoran di bilangan kota. Di tempat itu saya amprokan dengan teman lama. Saya kenal dia lebih dari 15 tahun. Saya mengenal dekat dengan dia  ketika kami terlibat dalam kemitraan pengabil alihan perusahaan IT di London melalui bursa. Setalah itu , saya tidak lagi bertemu. Entah kenapa kami disconnect. Dia lahir di Bangka. Agama nya budha mengikuti kedua orang tuanya.

" Assalamualaikum " katanya menyapa saya. Saya terkejut cara dia menyapa saya dengan aksen arab yang kental. Ini bukan hanya sekedar sapa tapi dia menghayati apa yang dia katakan. 
" Waalaikum salam" Jawab saya dengan bingujng.
" Bro, saya sudah muslim" 
" Oh yaa" Kata saya dengan senyum bahagia." Sejak kapan?
" Tepatnya 5 tahun lalu."
" Alhamdulillah" Seru saya dengan rasa syukur " Di mana tinggal sekarang ? 
" Di Pluit. Sejak tahun lalu saya kembali ke Jakarta. Tadinya sempat lama di Penang"

Dia bercerita bagaimana dia sampai memeluk agama Islam. Berawal ketika dia menagih hutang kepada seorang relasinya. Dia tahu relasinya sudah bangkrut. Dengan kata kata kasar dia menghina relasinya agar segera membayar hutang. Bahkan sampai menghina agama yang di anut relasinya itu.Namun relasinya tidak pernah sekalipun tersinggung. Suatu saat ketika keluar dari rumah relasinya , dia mendengar suara azan maghrib. Entah mengapa dia terpesona mendengar suara azan itu. Padahal dia sering mendengar suara azan itu sebelumnya. Dia sempat  duduk di teras rumah relasinya. Kakinya tak sanggup melangkah.

Ada seperti tekanan luar biasa di dalam hatinya. Entah mengapa dia menangis. Dia merasakan kesejukan teramat sangat merasuk kedalam sanubari. Dia merasa damai. Dia kembali masuk kedalam. Dia mengatakan suasana hatinya kepada relasinya. Relasinya hanya tersenyum. Setelah itu setiap dia mendengar suara azan, dia menangis. Melalui sahabatnya yang muslim, dia mendapatkan pencerahan bahwa itu adalah panggilan Allah kepada umat manusia untuk menjadi pemenang. Akhirnya dia memeluk Islam. Semakin dia pelajari islam semakin dia tahu  agungan islam. Mengapa ? karena begitu agungnya bahwa Islam itu agama yang menanamkan cinta.

Suatu saat dia di datangi relasinya yang dulu pernah dia hina karena tidak bayar hutang. Relasinya itu membayar hutangnya dan sangat senang mengetahui dia telah jadi mualaf. " Setiap hari saya berdoa kepada Allah”  kata relasinya  " Ya Allah aku tak punya uang untuk membayar hutang karena aku sedang bangkrut. Dia menghinaku tapi aku tidak merasa terhina. Aku tahu aku telah menzoliminya karena janji yang tidak tunai. Namun ya Allah, aku selalu memuliakan kedua orang tuaku. Andaikan itu amalan terbaik di sisiMu maka berilah sebaik baiknya balasan kepada dia. Bukalah pintu hidayah kepadanya" Demikian doa relasinya itu, setiap hari. Saya hina dia , dia mendoakan kebaikan untuk saya. Saya hina agamanya, tapi dia doakan agar hidayah sampai ke-saya. Inilah akhlak islam sesungguhnya. Kamu tahu, kata teman saya itu, kalau ada anugerah terindah di dalam hidup ini maka itu adalah hidayah. Dengan terbukanya hidayah pintu kedamaian datang. Kita menemukan kelengkapan yang tak mudah di jelaskan dengan apapun dengan ilmu yang serba terbatas ini. 

“ Bro” serunya “ Syiar islam itu terpancar bukan karena teriakan Allahuakbar dan berbusa mulut berzikir menggema kesentero dunia, tapi dengan akhlak setiap umat islam. Berbuat baik bukan hanya kepada orang yang baik tapi juga kepada orang yang jahat, bahkan kepada orang yang telah menghina kita. Bersapa itu tidak hanya kepada sahabat dekat kita tapi juga kepada orang yang menghindari bertemu dengan kita, bahkan kepada orang tidak seiman dengan kita. Jangan pernah bangga dengan amalan dan pengetahuan agama syariah. Karena sehebat apapun ibadah dan ilmu syariah kita tidak akan menjamin kita bisa mendekat kepada Allah. Tapi hati yang bersih tanpa prasangka buruk kepada siapapun, penuh maaf, penuh cinta tanpa syarat, itulah cahaya yang menuntun kita menuju Tuhan.  Islam kita sudah perkenalkan sebagai rahmat bagi semua. “ Demikian kata teman saya.  Saya terharu. 

***
Surti, hampir menangis ketika pria dengan wajah teduh datang membawa beras 5 liter. Pria itu berpesan agar besok besok kalau dia tidak ada beras untuk di tanak , datang ke tempatnya. Sambil  memberi tahu alamat. Betapa haru dia, karena sudah dua hari suaminya menanti upah mingguan yang belum di bayar oleh juragan kebun. Alasannya perusahaan lagi sulit dan pembayaran upah biasa tertunda. Selama upah belum di bayar Surti bersama anaknya makan umbian yang di tanam di belakang rumah. Namun setelah pulang, beras 5 liter itu di buang semua oleh suaminya. Hanya karena yang memberi beras itu seorang misionaris yang tidak seiman.  

Surti tidak mengemis. Dia manusia biasa yang di datangi orang dengan cinta, untuk memberi. Saya bisa memaklumi sikap tegas dari suami Surti yang melarang istrinya menerima bantuan orang yang tak seiman. Kawatir aqidah tergadaikan hanya karena perut lapar. Masalahnya bagaimana menjelaskan kepada seorang ibu yang dapurnya tidak ngebul sementara anak menangis lapar?   Berharap kepada mandor kebun yang seiman, malah selalu membentak bila di tanya kapan upah di bayar. Bagaimana. ? Surti tidak ada niat untuk pindah agama. Dan si pemberipun tidak hendak mempengaruhi Surti untuk memeluk agamanya. Ia hanya terpanggil akan seruan Tuhan untuk memberi mereka yang lapar. Dan Surti adalah makluk ciptaan Tuhan, yang sadar bahwa Tuhan maha adil, dan keadilan Tuhan itu melalui orang yang pemberi tanpa harap kembali. 

Ada juga Murni, wanita usia mendekati 40 tahun. Menjanda karena suaminya pergi tanpa alasan yang jelas dengan meninggalkan beban dua anak. Ia bekerja sebagai buruh memecah batu alam untuk aksesoris taman dengan sehari Rp. 1200. Di bayar seminggu sekali yang nilainya lebih rendah dari harga segelas kopi di starbuck. Sore menjelang malam menjemput. Dia berhias dengan gincu murahan yang di belinya di warung kampung. Sepatu usang dan baju terbaik satu satunya yang dia miliki di kenakannya untuk pekerjaan lainnya. Setiap hari baju itu di cuci untuk di pakainya kembali. Sambil menitipkan anak Balitanya kepada anak gadisnya untuk di jaga, dia melangkah menembus malam.  

Yang kemudian nampak adalah Murni yang lain, sang kapitalis penjual tubuhnya. Suatu saat Murni , menemukan pelanggan yang tak ingin membeli tubuhnya. Pelanggan itu memberinya uang untuk dia segera pulang, sambil berbicara dengan lembut " Pulanglah. Jangan lagi berbuat dosa. Tuhan mengasihimu. Datanglah ketempat saya, dimana orang berkumpul untuk menerima kasih Allah." Murni terharu. Namun ke esokannya ketika orang kampung tahu dia datang ketempat yang di haramkan, orang kampung mengecapnya murtad, kafir. Dia di asingkan oleh pergaulan. 

Murni, tidak hendak pindah agama. Tidak hendak berbuat dosa. Hanya karena tidak ada lagi yang bisa dia perbuat untuk bertahan hidup. Sementara di sekitarnya , orang kampung yang setiap hari menyembah Tuhan, pergi haji berkali kali, naik motor kemana  pergi, abai kepada nasipnya. Dia tidak hendak mengemis menuntut haknya yang di titipkan Tuhan kepada orang berlebih. Dia hanya menjual apa yang bisa dia jual untuk sekedar meyakinkan dia tidak kalah dan putus asa dengan hidupnya sehingga harus mencuri atau korup. Namun ketika ada yang menyeru menjauh dari hidup melacur, sambil memberi uang sebagai solusi. Diapun berbalik arah untuk menemukan tempat dimana orang peduli dan tidak menghujatnya, tidak memburunya dengan pentungan, kecuali memberi solusi , memberi hati bahwa bersama kita bisa. 

Tidak semua orang punya kesabaran tinggi. Tidak semua orang punya tingkat keimanan tinggi. Tidak semua paham ilmu agama. Namun semua orang paham satu hal " Bahwa cinta bisa merubah yang keras menjadi lembut. Merubah putus asa menjadi harapan. Merubah lelah menjadi kuat. Merubah kalah menjadi pemenang.  Dan itulah sebabnya banyak orang punya kekuatan kata kata yang di lantunkan dalam dakwah, predikat orang suci yang tak  bisa di salahkan, kalah sama orang yang tak menyebutkan firman Tuhan namun ia memberi dengan tulus, tanpa mengadili. Dia merebut hati orang dengan cinta tanpa mengucapkan  dalil tentang sorga bagi orang bertakwa dan neraka bagi pendosa. 

Dan buah agama itu hanya satu yaitu CINTA. Ketika cinta mengabur maka kata kata tinggal lah kata kata, ia akan terbang di bawa angin , jatuh kebumi dengan suara kepongahan, menciptakan permusuhan, melahirkan kebencian, dan amarah yang tak sudah. Entah pesan Tuhan apa yang di perjuangkan bila yang dekat menjauh, yang jauh semakin jauh. Marilah kita semua kembali kepada nilai Islam, yang rahmat bagi alam semesta. Agama cinta yang tak lain pesan kecuali menebarkan cinta dan kasih sayang bagi semua.

1 komentar:

  1. Kredit buat pak Babo dan orang-orang yang hidupnya dihabiskan untuk menebarkan cinta.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...